BAB 1
PENDAHULUAN ETIKA SEBAGAI TINJAUAN
1.
Pengertian
Etika
Pengertian
Etika dari Brooks, Leonard J., Business & professional Ethics For
Accountants , South Western College Publishing 2000.
Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’
(jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan
hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yg lain.
Pengertian
Etika dari Duska, Ronald F and Brenda shay Duska, Accounting Ethics for
Professional Accountants international federation of Accountants
Kata etika
memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary yang dikutip
oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethics memberi empat makna dasar
dari kata etika, yaitu:
1.
Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan
dengan tugas moral serta kewajiban.
2.
Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai
3.
Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral
4.
Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau
kelompok
Sedangkan menurut Bertens etika dapat juga
didefinisikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dari pengertian
diatas mengisyaratkan bahwa etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi
segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang
telah disepakati oleh masyarakat. Dalam prakteknya, terkadang penerapan nilai
etika hanya dilakukan sebatas persetujuan atas standar moral yang telah
disepakati untuk tidak dilanggar. Norma moral yang menjadi standar masyarakat
untuk menentukan baik buruknya perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya
dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa dipertimbangkan mengapa
aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu, pemikiran-pemikiran
yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu berperilaku yang
etis sesuai dengan norma-norma moral yang telah disepakati, melahirkan suatu
bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya
keputusan moral kita.
Pengertian
Etika dari para ahli
- Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( 1995 ), etika adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
- Menurut Maryani dan Ludigo ( 2001 ), etika merupakan seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan oleh sekelompok masyarakat.
Berdasarkan asal usul kata, etika
berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethos yang
berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik.
2.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat
sebelum Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan
etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah
mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great ideas).
Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip
yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1.
Prinsip Keindahan
Prinsip ini
mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan
dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam
berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat
untuk bekerja.
2.
Prinsip Persamaan
Setiap
manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga
muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini
melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3.
Prinsip Kebaikan
Prinsip ini
mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu
orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik,
karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4.
Prinsip Keadilan
kemauan yang
tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka
peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil
dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5.
Prinsip Kebebasan
sebagai
keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan
pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap
manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri
sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu,
setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak
melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan
individu disini diartikan sebagai:
a) kemampuan
untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
b) kemampuan
yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya tersebut.
c) kemampuan
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6.
Prinsip Kebenaran
Kebenaran
biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang
logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran
itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Semua prinsip yang telah
diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika
atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan
pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan
mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan
pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan,
kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
3.
Basis Teori Etika
1)
Etika Teleologi
Dari kata yunani, teleos=tujuan,
mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai
dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
itu.Dua aliran etika teleologi:
a)
Egoisme etis : Inti pandangan egoisme adalah bahwa
tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang
adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru
menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
b)
Utilitarianisme :
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut
teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan
baik buruknya suatu perbuatan adalah” the greatest happiness of the greatest
number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Contoh: Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya
yang sedang sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari
aspek hukum tindakan ini melanggar hukum sehingga etika teologi lebih bersifat
situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan.
2)
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata yunani ‘deon’
yang berarti kewajiban. ‘mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus
ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab: ‘karena perbuatan pertama menjadi
kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik
buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima
dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang
terpenting.
Contoh : Jika seseorang diberi tugas dan
melaksanakannya sesuai dengan tugasnya maka itu dianggap benar, sedangkan
dikatakan salah jika tidak mengerjakan tugas yang diinstruksi oleh pimpinan.
3)
Teori hak
Dalam pemikiran dewasa ini barang
kali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori hak
merupakan suatu aspek dari teori deontologi , karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak
didsarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusiaitu sama. Karena itu
hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
Contoh: seorang pekerja bangunan yang mempunyai hak
untuk mendapatkan gaji harian atau bulanan dari mandor setelah ia melakukan
kewajibannya melakukaan desain rumah/merapikan rumah.
4)
Teori keutamaan ( virtue)
Memandang sikap atau akhlak
seseorang tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur,
atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut:
disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan:
- Kebijaksanaan : seseorang pemimpin yang memiliki sifat bijaksana dalam segala urusan pekerjaan terhadap bawahan
- Keadilan: mampu bersifat adil dalam menentukan tugas dan tanggung jawab
- Suka bekerja keras : terus berjuang dalam bekerja untuk mencapai target yang diharapkan
- Hidup yang baik : tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan disekitarnya
4)
EGOISME
Egoisme merupakan motivasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri
sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak
peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang
dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”.
Egoisme adalah cara untuk
mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri,
dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan
pentingnya – intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak
memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan
hanya memikirkan diri sendiri. Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari
sentralitas dari ‘Aku adalah’:. Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti
menempatkan diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang
lain, termasuk yang dicintai atau dianggap sebagai “dekat,” dalam lain hal
kecuali yang ditetapkan oleh egois itu. Teori eogisme atau egotisme diungkapkan
oleh Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik keras utilitarianisme
dan juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa
setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan
memberikan manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang
memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang
buruk jika merugikan diri sendiri.
Kata “egoisme” merupakan istilah
yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno –
yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern – ego (εγώ) yang berarti “diri”
atau “Saya”, dan-isme, digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya.
Dengan demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan sangat erat dengan
egoisme filosofis.
Referensi :
Brooks, Leonard J., Business & professional Ethics
For Accountants , South Western College Publishing 2000.
Pengertian
Etik dan Profesi Hukum. Jombang: WKPA. Widaryanti. 2007.
Etika Bisnis
dan Etika Profesi Akuntan (Business Ethics and Accountant Professional Ethics).
Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 1-10.
https://ikamaullydiana.wordpress.com/2013/12/09/etika-profesi-akuntansi-2/ yang diakses pada 11 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar