PEREKONOMIAN
INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
Menurut kamus
bahasa Indonesia modern, sistem mempunyai arti sekelompok dari pendapatan
peristiwa yang di susun dan di atur baik-baik. Atau cara,metode yang terartur
untuk melakukan sesuatu. Setiap sistem memiliki tujuan. Suatu sistem dapat
terdiri dari beberapa subsistem yang biasa di sebut bagian,unsure dan komponen.
sistem
perekonomian Indonesia sudah terjadi pada awal peradaban manusia. Orang-orang
sudah melakukan kegiatan ekonomi dalam hal produksi, hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau kelompoknya saja. Dengan kata lain saat itu orang-orang
belum terlalu berpikir untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk pihak lain atau
dengan orang yang tidak di kenal. Walaupun orang-orang itu harus berhubungan untuk
memperoleh barang lain itu di sebut dengan barter, untuk kepentingan
masing-masing orang. Barter mempunyai arti perdagangan dengan jalan tukar
menukar barang.
Dengan semakin
bertambahnya jumlah manusia beserta kebutuhannya maka sangat di perlukan sistem
perekonomian yang bisa mengatur dan merencanakan. Supaya sistem perekonomian
lebih teratur dan terencana.
Sejarah
perekonomian Indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana
perkembangan perekonomian Indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi
perekonomian Indonesia mengalami berbagai dinamika seiring perputaran waktu.
Hal itu relevan diungkapkan sebagai bagian untuk mengetahui realita
perekonomian Indonesia
Indonesia merupakan sebuah kenyataan
bangsa yang mendiami geografis yang subur, namun pernah diperas oleh bangsa
lain. Sebagai sebuah sejarah, kondisi ini lebih sering dikaitkan dengan aspek
politik. Potret ekonomi sepanjang sejarah itu pun dirasakan sebagai bentuk
eksploitasi penjajahan semata. Pada
makalah ini akan membahas mengenai pengertian sejarah perekonomian Indonesia
dan perkembangan perekonomian Indonesia dari masa ke masa.
Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila
barang dan jasa meningkat. Didalam suatu negara sangat sulit untuk mencatat
jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode waktu tertentu
karena, kesulitan terjadi karena jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat
beragam, sedangkan satuan ukurannya pun berbeda. Karena itu, perhitungan
pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilakukan setiap saat, tetapi dapat dihitung
dalam dimensi waktu triwulan dan tahunan.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
SISTEM EKONOMI INDONESIA
I.1 PENGERTIAN SISTEM EKONOMI
Ada
banyak pendapat tentang apa yang sebenarnya diartikan dengan sistem ekonomi. Menurut
Dumairy (1996), Sistem ekonomi adalah
suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan
seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Dumairy berpendapat
bahwa sebagai bagian dari suprasistem kehidupan, sistem ekonomi di suatu negara
berkaitan dengan sistem – sistem sosial lain yang berlangsung di dalam
masyarakat dan sistem serta sistem serta ideology politik di Negara tersebut.
Sementara Sheridan (1998) mengatakan bahwa Economic
system refers to the way people perform economic activities in their search for
personal happiness. Dalam kata lain, sistem ekonomi adalah cara manusia
melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan kepuasan
pribadinya.
Gilaarso (1992), berpendapat Sistem ekonomi adalah keseluruhan cara untuk
mengkordinasikan perilaku masyarakat dalam mejalankan kegiatan ekonomi sehingga
menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan dapat dihindari.
Sedangkan menurut Sanusi (2000), Sistem
ekonomi mmerupakan suatu organisasi yang terdiri atas sejumlah lembaga atau
pranata yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya yang ditujukan kearah
pemecahan problem – problem produksi, distribusi, konsumsi yang merupakan
problem dasar setiap perekonomian.
I.2 SISTEM EKONOMI
DUNIA
Secara umum ada 3 macam sistem
ekonomi yang dikenal di dunia ini, yakni : sistem ekonomi liberal / kapitalis;
sistem ekonomi sosialis; dan sistem ekonomi campuran, yakni : sistem ekonomi
yang tidak 100 % kapitalis dan tidak 100 % sosialis, atau sistem ekonomi yang
mengandung elemen dari sistem ekonomi kapitalis maupun sistem ekonomi sosialis.
I.3
SISTEM EKONOMI KAPITALIS, SISTEM EKONOMI SOSIALIS, DAN SISTEM EKONOMI CAMPURAN
·
Sistem
Ekonomi Kapitalis
Sistem
ekonomi kapitalis adalah suatu sistem
ekonomi di mana kekayaan yang produktif terutama dimiliki secara pribadi dan
produksi terutama dilakukan untuk dijual. Adapun tujuan pemilikan secara
pribadi yakni untuk memperoleh suatu keuntungan yang cukup besar dari hasil
menggunakan kekayaan yang produktif. Jelas sekali dan motif mencari keuntungan,
bersama – sama dengan lembaga warisan serta dipupuk oleh hokum perjanjian
sebagai mesin kapitalisme yang besar.
Ada
enam asas yang dapat dilihat sebagai ciri dari sistem ekonomi kapitalis, yakni
sebagai berikut.
1. Hak
milik pribadi
Berhubungan
dengan alat – alat produksi atau sumber daya ekonomi, seperti Sumber Daya Alam
(SDA), modal, dan tenaga kerja, dimiliki oleh individu dan lembaga swasta.
2. Kebebasan
berusaha dan kebebasan memilih
Kebebasan
berusaha maksudnya adalah kegiatan produksi dapat dengan bebas dilakukan oleh
siapa saja yang mempunyai inisiatif. Sedangkan kebebasan memilih maksudnya
adalah kedaulatan konsumen dan kebebasan pengusaha untuk memilih sumber daya
ekonomi untuk memproduksi suatu produk yang dipilihnya sendiri untuk dijual
dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Kebebasan memilih juga mencakup
kebebasan pekerja untuk memilih, dan kebebasan membuat berbagai perjanjian.
3. Motif
kepentingan diri sendiri
Mencakup
motivasi individu untuk memenuhi kepentingan
diri sendiri.
4. Persaingan.
Setiap
pelaku ekonomi, baik pembeli maupun penjual, dengan motivasi mencari keuntungan
yang maksimum bebas bersaing di pasar dengan kekuatan masing – masing.
5. Harga
ditentukan oleh mekanisme pasar
Segalakeputusan
penjual dan pembeli dilakukan melalui sistem pasar. Tingkat harga dan jumlah
produksi yang terjual ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan permintaan dan
penawaran.
6. Peranan
terbatas pemerintah
Pemerintah
masih mempunyai peran yang dapat
membatasi berbagai kebebasan individu, misalnya mengeluarkan peraturan –
peraturan yang melarang praktik – praktik monopoli yang sifaatnya non – alamiah
dan melindungi hak – hak konsumen dan pekerja.
·
Sistem
Ekonomi Sosialis
Sistem
ekonomi sosialis adalah kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis. Bagi kalangan sosialis, pasar justru harus
dikendalikan melalui perencanaan terpusat. Adanya berbagai distorsi dalam
mekanisme pasar menyebabkannya tidak mungkin bekerja secara efisien, oleh
karena itu pemerintah atau Negara harus turut aktif bermain dalam perekonomian.
Sistem ekonomi sosialis dapat dibagi
dalam 2 subsistem, yakni sistem ekonomi sosialis dari Marxis, dan sistem
ekonomi sosialisme demokrat. Sistem ekonomi sosialis Marxis disebut juga sistem komando di mana seluruh unit
ekonomi, baik itu produsen, konsumen, maupun pekerja, tidak diperkenankan untuk
mengambil keputusan secara individu yang menyimpang dari komando otoritas
tertinggi, yakni Partai. Unit – unit ekonomi sepenuhnya tunduk pada komando
dari otoritas tertinggi. Dalam perkataan lain, dalam sistem ekonomi Marxis,
ruang gerak bagi pelaku ekonomi untuk mengambil inisiatif sendiri dapat
dikatakan tidak ada sama sekali.
Dalam sistem ekonomi sosialisme
demokrat, dapat dikatakan bahwa otoritas tertinggi jauh berkurang. Dalam sistem
ini, di satu pihak, ada kebebasan individu seperti dalam sistem ekonomi
kapitalis, produsen bebas memilih jenis dan berapa banyak produksi yang akan
dibuat, konsumen bebas memilih barang mana yang dikehendaki, dan pekerja bebas
menentukan jenis pekerjaan apa yang diinginkannya. Namun di pihak lain, dalam
sistem ekonomi sosialisme demokrat, peran pemerintah lebih besar berbeda dengan
sistem ekonomi kapitalis. Misalnya ada ketentuan – ketentuan mengenai upah minimum
dan penetapan harga minimum atau maksimum, serta ada kebijaksanaan perlindungan
usaha konsumen, dan pekerja.
Menurut Mubyarto (2000), ada 6
kriteria sistem ekonomi sosialisme demokrat, yaitu sebagai berikut.
1. Ada
kebebasan individu dan sekaligus kebijaksanaan perlindungan usaha. Persaingan
diantara perusahaan – perusahaan kecil maupun menengah harus dikembangkan.
2. Prinsip
– prinsip kemerataan sosial menjadi tekad warga masyarakat.
3. Kebijaksanaan
siklus bisnis dan kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
4. Kebijaksanaan
pertumbuhan menciptakan kerangka hukum dan prasarana (sosial) yang terkait
dengan pembangunan ekonomi.
5. Kebijaksanaan
struktural.
6. Konformitas
pasar dan persaingan.
Dalam
Mubyarto (2000), ada dua aspek sosial yang sangat penting dari sistem ekonomi
sosialisme demokrat, yakni peningkatan standar hidup kelompok berpendapatan
terendah dan perlindungan terhadap semua warga masyarakat dari kesulitan hidup
dan masalah – masalah sosial lain sebagai akibat dari resiko – resiko kesulitan
hidup.
3. Sistem Ekonomi Campuran
Sistem
ekonomi campuran adalah sistem yang mengandung beberapa elemen dari sistem
ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Jadi, sistem ini merupakan
“campuran” antara kedua ekstrem sistem ekonomi tersebut diatas, dengan berbagai
variasi kadar dominasinya. Sanusi (2000) menjelaskan bahwa dalam sistem
ekonomi campuran kekuasaan serta kebebasan berjalan secara bersamaan walau
dalam kadar yang berbeda – beda. Didalam sistem ekonomi campuran adanya campur
tangan pemerintah terutama untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi, mencegah
adanya konsentrasi yang terlalu besar di tangan satu orang atau kelompok
swasta, juga untuk melakukan stabilisasi perekonomian, mengatur tata tertib
serta membantu golongan ekonomi lemah.
II.
SEJARAH EKONOMI INDONESIA
Sistem
ekonomi apa yang diterapkan di Indonesia ?. Ditinjau
berdasarkan sistem pemilikan sumber daya ekonomi atau faktor – faktor produksi,
tak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa sistem ekonomi kita adalah
kapitalistik. Sama halnya, tak pula cukup argumentasi untuk mengatakatan bahwa
kita menganut sistem ekonomi sosialis. Indonesia mengakui kepemilikan
individual atas faktor – faktor produksi, kecuali untuk sumber daya – sumber
daya yang menguasai hajat hidup orang bannyak, dikuasai oleh Negara. Hal ini
diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Jadi secara
konstitusional, sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme dan bukan
pula sosialisme.
Sistem
ekonomi Indonesia yang termasuk sistem ekonomi campuran itu dapat disesuaikan
terutama dengan UUD 1945 sebelum diamandemen tahun 2000, yakni sitem ekonomi
Pancasila, dan dengan menitikberatkan pada koperasi terutama pada masa Orde
Lama sebelum tahun 1996 dan hingga kini masih berkembang. Dalam masa
pemerintahan Indonesia Baru (1999) ssetelah berjalannya masa reformasi muncul
pula istilah ekonomi kerakyatan. Tetapi inipun belum banyak dikenal, karena
hingga kini masih banyak dikenal masyarakat adalah sistem ekonomi campuran,
yakni sistem ekonomi Pancasila.
Ada
tiga asas penting yang mendasari Pancasila dan UUD 1945 (sebelum diamandemen
pada tahun 2000) yang membentuk sistem ekonomi Indonesia, yakni kemanusiaan ,
persaudaraan, dan gotong royaong. Penekanan dari tiga asas tersebut adalah pada
kehidupan individu dan masyarakat dalam keseimbangan dan keselarasan, yang
diatur dalam TAP MPR No.II/MPR 1978.
Ketentuan
– ketentuan dasar konstitusional mengenai kehidupan ekonomi berdasarkan
pancasila dan UUD 1945 (sebelum diamandemen) antara lain tercantum dalam pasal
pasal berikut : 27, 33, dan 34 UUD 1945. Pasal 33 dianggap pasal terpenting
yang mengatur langsung sistem ekonomi Indonesia, yakni prinsip demokrasi
ekonomi, sedangkan pasal 27 ayat 2 menetapkan bahwa setiap Warga Negara
Indonesia (WNI) berhak atas pekerjaan serta penghidupan yang layak, dan pasal
34 menetapkan bahwa kaum masyarakat miskin dan anak – anak yang terlantar
dipelihara Negara.
Atas
desakan sejumlah kalangan setelah Orde Baru berakhir, maka pada tahun 2000 UUD
diamandemen, dan hasil dari amandemen tersebut yang berupa revisi dari pasal
33, sesuai ketetapan 10 Agustus 2002 adalah perekonomian nasional
diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
II.1
SEJARAH EKONOMI PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA
Menurut
sistem ekonomi yang pernah diterapkan selama penjajahan Belanda, sejarah
ekonomi kolonial Hindia Belanda dibagi dalam tiga episode, yakni :
1. sistem merkantilisme ala VOC ( Vereenigde Oost – Indische Compagnie), sekitar
tahun 1600 – 1800 yang penekanannya
pada peningkatan ekspor dan pembatasan impor.
2. Sistem
nonopoli Negara ala sistem tanam paksa, sekitar tahun 1830 – 1870
3. Sistem
ekonomi kapitalis liberal, sejak 1870 hingga 1945.
Sistem
– sistem ekonomi ini disatu sisi meninggalkan kemelaratan bagi rakyat
Indonesia, namun di sisi lain melahirkan budaya cocok tanam, sistem uang, dan
budaya industry. Bahkan pemerintah Hindia Belanda telah menjadikan Indonesia
menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Asia. Pada masa itu, Indonesia merupakan
pengekspor terbesar sejumlah komoditas primer, khususnya gula, kopi, tembakau,
teh, kina, karet, dan minyak kelapa sawit.
Pada
decade 1930-anseluruh perkebunan Hindia Belanda mencapai luas hampir 3,8 juta
hektare. Ekspornya mencapai 1,6 miliar, bank – bank bermunculan dan juga lahir
lembaga pendidikan rakyat, yang pada awalnya dimodali oleh lumbung desa.
Indusrtri manufaktur berkembang pesat, pasar modal muncul dan modal asing masuk
dalam jumlah yang besar. Infrastruktur untuk mendukung perekonomian juga
berkembang baik.
Namun
perkembangan ekonomi yang pesat itu tidak memberi peningkatan kesejahteraan
bagi rakyat. Dari penerimaan Hindia Belanda yang sekitar 670 juta gulden saat
itu, 59,1 penduduk pribumi hanya mendapat 3,6 juta gulden (0,54 %),penduduk
Tionghoa yang jumlahnya sekitar 1,3 juta orang dapat 0,4 juta gulden, dan
sisanya 665 juta gulden (99,4%) dinikmati oleh warga Belanda yang Cuma
berjumlah 241.000 jiwa.
II.2
SISTEM EKONOMI PADA ERA PENDUDUKAN JEPANG
Pendudukan Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan
sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai
akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi
masyarakat.Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang
sebelumnya didapat dengan jalan impor. Seperti ini lah sistem sosialis ala bala
tentara Dai Nippon.
II.3
EKONOMI INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA
Pada
tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Namun tidak
berarti Indonesia bebas dari Belanda. Indonesia masih menghadapi dua peperangan
besar dengan Belanda, yakni pada aksi polisi I dan II. Hingga pertengahan tahun
1965 indonesia dilanda gejolak politik di dalam
negeri dan beberapa pemberontakan di sejumlah daerah. Akibatnya keadaan
perekonomian Indonesia sangat buruk. Walaupun sempat mengalami pertumbuhan
dengan rata – rata per tahun hampir 7% selama dekade 1950 – an, dan setelah itu
turun drastis menjadi hanya 1,9 % per tahun atau bahkan nyaris mengalami
staglasi selama tahun 1965 – 1966. Laju pertumbuhan ekonomi atau produk
domestik bruto (PDB) hanya sekitar 0,5 % dan 0,6 %.
Defisit saldo neraca pembayaran
(BoP) dan defisit APBN terus membesar dari tahun ke tahun. Selain itu, kegiatan
produksi di sektor pertanian dan sektor industri manufaktur berada pada tingkat
yang sangat rendah karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur
pendukung. Memang pada masa pemerintahan Soekarno, selain manajemen moneter
yang buruk, banyaknya rupiah yang dicetak disebabkan oleh kebutuhan pada saat
itu untuk membiayai dua peperangan, yakni merebut Irian Barat dari pertikaian
dengan Malaysia dan Inggris, ditambah lagi kebutuhan untuk membiayai penumpasan
sejumlah pemberontakan di beberapa daerah di dalam negeri.
Kebijakan ekonomi paling penting
yang dilakukan kabinet Hatta adalah reformasi moneter melalui devaluasi mata
uang nasional yang pada saat itu masih gulden dan pemotongan uang sebesar 50%
atas Javasche Bank yang bernilai lebih dari 2,50 gulden Indonesia. Pada masa
kabinet Natsir (kabinet pertama NKRI), untuk pertama kalinya merumuskan suatu
perencanaan pembangunan ekonomi, yang disebut Rencana Urgensi Perekonomian
(RUP). Pada masa kabinet Sukiman, kebijakan – kebijakan penting yang diambil
adalah antara lain nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia (BI)
dan penghapusan sistem kurs berganda. Pada masa kabinet Wilopo, langkah –
langkah konkret yang diambil untuk memulihkan perekonomian Indonesia saat itu
diantaranya adalah memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalamAPBN,
memperketat impor, melakukan
rasionalisasi angkatan bersenjata melalui modernisasi dan pengurangan jumlah
personil, dan pengiritan pengeluaran pemerintah. Pada masa kabinet Ali I, yang
dilakukan dalam bidang ekonomi adalah pembatasan impor dan kebijakan uang ketat
untuk menekan laju uang beredar, dan penyempurnaan program benteng ,
mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan modal asing masuk Indonesia,
pemberian bantuan khusus kepada pengusaha –pengusaha pribumi dan pembatalan
secara sepihak persetujuan konferensi meja bundar sebagai usaha untuk
menghilangkan sistem ekonomi kolonial.
Selama periode 1950-an struktur
ekonomi Indonesia masih peninggalan zaman kolonialisasi. Sektor formal / modern
seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank, dan pertanian komersial,
yang memiliki kontribusi lebih besar daripada sektor informal / tradisional
terhadap output nasional atau PDB didominasi oleh perusahaan – perusahaan asing
yang kebanyakan berorientasi ekspor. Keadaan ekonomi Indonesia menjadi lebih
buruk dibandingkan keadaan ekonomi semasa penjajahan Belanda, ditambah lagi
dengan peningkatan inflasi yang sangat tinggi pada dekade 1950-an. Buruknya
perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan orde lama juga disebabkan oleh
keterbatasan akan faktor – faktor produksi, seperti orang – orang dengan
tingkat kewirausahaan dan kapabilitas manajemen yang tinggi, tenaga kerja
dengan pendidikan / keterampilan yang tinggi, dana, teknologi, dan kemampuan
pemerintah sendiri untuk menyusun rencana dan strategi pembangunan yang baik.
Pada akhir September 1945 terjadi
kudeta yang gagal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak peristiwa itu
terjadi suatu perubahan sistem ekonomi yang dianut Indonesia pada masa Orde
Lama, yakni dari pemikiran sosialis ke semikapitalis. Karena pelaksanaannya
tidak baik mengakibatkan munculnya kesenjangan ekonomi di tanah air.
II.4
EKONOMI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU
Tepatnya
sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan orde baru. Dalam era
orde baru ini perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air.
Pemerintah kembali menjamin hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi
pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan
Bangsa – Bangsa (PBB) dan lembaga – lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia
dan IMF.
Sasaran utama pemerintah adalah
menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah dan
menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor, yang sempat mengalami
stagnasi pada masa orde lama. Ditambah lagidengan penyusunan rencana
pembangunan lima tahun (repelita) secara bertahap dengan target yang jelas
sangat dihargai oleh negara – negara Barat. Tujuan jangka panjang dari
pembangunan ekonomi di Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap
sebagai cara yang paling tepat untuk menanggulangi masalah – masalah ekonomi,
seperti kesempatan kerja dan defisit neraca pembayaran.
Tujuan pelaksanaan repelita I adalah
untuk membuat Indonesia menjadi swasembada, terutama dalam kebutuhan beras. Untuk
mencapai tujuan pemerintah melakukan program penghijauan di sektor pertanian.
Dengan dimulainya program penghijauan, sektor pertanian nasional memasuki
modernisasi dengan penerapan teknologi baru, khususnya dalam pengadaan sistem
irigasi, pupuk, dan tata cara menanam. Pada bulan April 1969 repelita I dimulai
dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia cukup mengagumkan, terutam
dilihat pada tingkat makro. Pada awal repelita I PDB Indonesia tercatat 2,7
triliun rupiah pada harga berlaku atau 4,8 triliun rupiah pada harga konstan,
dan selanjutnya terus mengalami peningkatan.
Akan tetapi, hasil pembangunan
selama masa itu dapat dikatakan tidak terlalu memukau. Walaupun, jumlah orang
miskin mengalami penurunan selama orde baru, tetapi jumlahnya masih besar dan
kesenjangan ekonomi dan sosial cenderung melebar. Oleh karena itu, dalam usaha
menghilangkan dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi terhadap
kesenjangan dan kemiskinan, atau memperkecil trade off antara pertumbuhan dan
kesenjangan atau kemiskinan.GBHN menyatakan dengan tegas pentingnya usaha –
usaha untuk menghilangkan kemiskinan dan kesenjangan dengan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi pada waktu yang bersamaan.
II.5
EKONOMI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN TRANSISI
Pada
tanggal 14 dan 15 Mei 1997 nilai tukar Baht Thailand terhadap dolar AS
mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan
“jual”. Untuk mempertahankan nilai Baht agar tidak jatuh terus, pemerintah
Thailand melakukan intervensi yang didukung oleh bank sentral Singapura. Akan
tetapi pada tanggal 2 Juli 1997, bank sentral Thailand terpaksa mengumumkan
bahwa nilai tukar baht dibebaskan dari ikatan dolar AS. Sejak itu nasibnya
diserahkan sepenuhnnya kepada pasar. Pengumuman itu mendepresiasikan nilai baht
sekitar 15% hingga 20% hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20 baht per
dolar AS.
Apa yang terjadi di Thailand
merembet ke Indonesia dan beberapa Negara Asia lainnya. Rupiah Indonesia mulai
terasa goyang sekitar bulan juli 1997. Sejak saat itu posisi mata uang
Indonesia mulai tidak stabil. Hari – hari dan bulan – bulan berikutnya kurs
rupiah terus melemah, walupun sesekali mengalami penguatan beberapa poin.
Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai
menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak tambah
buruk, pemerintah orde baru mengambil langkahlangkah konkrit, diantaranya adlah
menunda proyek – proyek senilai Rp. 39 triliun dalam upaya mengimbangi
keterbatasan anggaran belanja Negara yang sangat dipengaruhi oleh perubahan
nilai rupiah. Karena cadangan dolar AS di BI sudah mulai menipis, tanggal 8
Oktober 1997 pemerintah Indonesia akhirnya menyatakan secara resmi akan meminta
bantuan keuangan dari IMF.
Pada akhir bulan Oktober 1997,
lembaga keuangan internasional mengumumkan paket bantuan keuangannya pada
Indonesia yang mencapai 40 miliar dolar AS. Setelah pegumuman itu, pemerintah
indonesiamengumumkan pencabutan izin usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak
sehat. Ini merupakan awal dari kehancuran perekonomian Indonesia. Paket program
pemulihan ekonomi yang disyaratkan IMF pertama diluncurkan bulan November 1997,
bersama pinjaman angsuran pertama senilai 3 miliar dolar AS. Dengan harapan
nilai rupiah akan menguat dan stabil kembali. Akan tetapi nilai rupiah terus
melemah. Kepercayaan masyarakat di dalam dan luar negeri terhadap kinerja
ekonomi Indonesia yang pada waktu itu terus merosot membuat kesepakatan itu
harus ditegaskan dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara
pemerintah Indonesia dan IMF pada bulan Januari 1998.kesepakatan itu terdiri
atas 50 butir kebijaksanaan – kebijaksanaan mecakup ekonomi makro (fiskal dan
moneter), restrukturisai keuangan, dan reformasi struktural.
Pemerintah Indonesia ternyata tidak
melakukan reformasi sesuai kesepakatannya dengan IMF. Akhirnya pencairan
pinjaman angsuran kedua senilai 3 miliar dolar AS yang seharusnya dilakukan
pada bulan Maret 1998 terpaksa diundur. Padahal Indonesia tidak ada jalan lain
selain bekerja sama dengan IMF.
Setelah gagal dalam pelaksanaan
kesepakatan pertama, dilakukan lagi perundingan baru antara pemerintah
Indonesia dengan IMF dan dicapai lagi kesepakatan baru pada April 1998. Hasil
kesepakatan itu dituangkan dalam satu dokumen bernama “Memorandum Tambahan
tentang Kebijaksanaan Ekonomi Keuangan”. Pada pertengahan tahun 1998, atas
kesepakatan dengan IMF dibuat memorandum tambahan tentang kebijaksanaan ekonomi
dan keuangan. Akan tetapi strategi menyeluruh stabilisasi dan reformasi ekonomi
adalah tetap seperti yang tercantum dalam memorandum kebijaksanaan ekonomi dan
keuangan yang ditandatangani pada tanggal 15 Januari 1998.
Krisis rupiah akhirnya memunculkan
suatu krisis politik yang dapat dikatakan terbesar dalam sejarah Indonesia.
Diawali dengan penembakan oleh tentara terhadap empat mahasiswa Universitas
Trisakti, tepatnya tanggal 13 Mei 1998,yang dikenal dengan sebutan Tragedi
Trisakti. Kemudian pada tanggal 14 dan 15 Mei kota Jakarta dilanda kerusuhan
yang juga dapat dikatakan palin besar dan paling sadis di Indonesia. Menjelang
minggu – minggu terakhir bulan Mei 1998, DPR untuk pertama kalinya dalam
sejarah Indonesia dikuasai / diduduki oleh ribuan mahasiswa/siswi dari puluhan
perguruan tinggi Jakarta dan luar Jakarta. Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden
Soeharto mengundurkan diri dan diganti oleh wakilnya Dr. Habibie. Tanggal 23
Mei 1998 Presiden Habibie membentuk kabinet baru, awal dari terbentuknya
pemerintahan transisi.
II.6 EKONOMI INDONESIA
PADA MASA REFORMASI
Pada
pertengahan tahun 1999 KH Abdurrachman Wahid atau dikenal dengan sebutan Gus
Dur terpilih sebagai presiden RI keempat dan Megawati Soekarno Putri sebagai
wakil presiden. Pemerintahan Gus Dur sering disebut juga pemerintahan
reformasi. Pada awal pemerintahan reformasi masyarakat umum dan kalangan pengusaha
dan investor menaruh harapan besar terhadap kemampuan dan kesungguhan Gus Dur
Untuk membangkitkan perekonomian Indonesia.
Dalam hal ekonomi, dibandingkan
tahun sebelumnya, tahun 1999 kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan
adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif, dan pada tahun 2000
pemulihan perekonomian Indonesia lebih baik lagi. Selain pertumbuhan PDB, laju
inflasi dan tingkat suku bunga juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi
moneter di dalam negeri sudah mulai stabil. Akan tetapi itu tidak berlangsung
lama. Gus Dur mulai menunjukkan sikap dan mengeluarkan ucapan – ucapan yang
kontroversial yang membingungkan pelaku – pelaku bisnis. Sikap Gus Dur tersebut
juga menimbulkan perseteruan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
klimaksnya adalah dikeluarkan peringatan resmi kepada Gus Dur lewat Memorandum
I dan II. Gus Dur terancam turun dari jabatannya.
Selain itu hubungan Indonesia dengan
IMF juga tidak baik, terutama karena masalah mengenai Bank Indonesia, penerapan
otonomi daerah terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam uang dari luar
negeri dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaanya. Selain itu
Indonesia terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris
Club (negara – negara donor ). Bahkan Bank Dunia juga sempat mengancam akan
menghentikan pinjaman baru, jika kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia
macet. Kondisi perekonomian nasional pada masa Gus Dur cenderung lebih buruk
daripada saat pemerintahan Habibie.
Pada
waktu itu banyak orang menduga bahwa apabila kondisi seperti ini terus
berlangsung, tidak mustahil tahun 2002 ekonomi Indonesia akan mengalami
pertumbuhan jauh lebih kecil dari tahun sebelumnya, bahkan bias kembali
negative. Gus Dur dan kabinetnya tidak menunjukkan keinginan politik yang sungguh
– sungguh untuk menyelesaikan krisis ekonomi dengan tuntas .
Fenomena makin rumitnya persoalan
ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indicator ekonomi. Misalnya, pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) antara 30 maret 2000 hingga 8 Maret 2001
menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang negatif. Hal ini mencerminkan semakin
tidak percayanya pelaku bisnis dan masyarakat pada umumnya terhadap prospek
perekonomian Indonesia. Indikator kedua yang menggambarkan rendahnya
kepercayaan pelaku bisnis terhadap pemerintahan Gus Dur adalah pergerakan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada maret 2001 ketika istana presiden dikepung
para demonstran yang menuntu Gus Dur mundur, nilai tukar rupiah semakin
merosot. Pada April 2001 sempat menyentuh 12.000 per dolar AS. Indikator –
indikator lainnya adalah angka inflasi yang diprediksi dapat menembus dua
digit, dan cadangan devisa yang pada minggu terakhir Maret 2000 menurun dari 29
miliar dolar AS menjadi 28,875 dolar AS.
Setelah Presiden Gus Dur turun,
Megawati menjadi presiden Indonesia yang kelima. Pemerintahan Megawati mewarisi
kondisi perekonomian Indonesia yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan
Gus Dur. Keterpurukan kondisi yang ditinggalkan Gus Dur kian terasa jika
dilihat dari perkembangan indikator ekonomi lainnya, seperti tingkat suku
bunga, inflasi, saldo neraca pembayaran, dan defisit APBN. Suku bunga untuk
Sertifikat Bank Indonesia dari 13 % menjadi 17%. Bersamaan dengan itu suku
bunga deposito perbankan juga ikut naik menjadi sekitar 18%, sehingga pada masa
itu menimbulkan kekhawatiran bahwa bank – bank akan kembali melakukan bleeding .
Inflasi juga sangat berat. Inflasi
tahunan pada awal pemerintahan Gus Dur hanya sekitar 2%, sedangkan pada awal
pemerintahan Megawati tingkat inflasi sudah mencapai 7,7%. Namun demikian,
dalam era Megawati kinerja ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan, paling
tidak dilihat dari pertumbuhan PDB. Pada tahun 2002 PDB Indonesia tumbuh 4,3%
dibandingkan 3,8% pada tahun sebelumnya, dan kemajuan ini berlangsung terus hingga
akhir periode megawati yang mencapai 5,1%. Kinerja ekspor juga membaik dengan
pertumbuhan 5% tahun 2002 dibandingkan -9,3% tahun 2001, dan terus naik hingga
mencapai 12% tahun 2004. Namun demikian, neraca perdagangan, yakni saldo ekspor
– impor barang, maupun transaksi
berjalan, sebagai persentase dari PBD mengalami penurunan.
Pada bulan – bulan pertama
pemerintahan SBY, rakyat Indonesia, pelaku usaha luar dan dalam negeri maupun
negara – negara donor serta lembaga – lembaga dunia, seperti IMF, Bank Dunia,
dam ADB, sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5 tahun kedepan akan
jauh lebih baik dibandingkan pada masa sebelumnya sejak Soeharto lengser.
Bahkan kabinet SBY dan lembaga – lembaga dunia tersebut menargetkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2005 akan berkisar sedikit diatas 6%. Namun, pada
pertengahan kedua tahun 2005 ekonomi Indonesia diguncang oleh dua peristiwa tak
terduga, yakni naiknya harga minyak mentah (BBM) dipasar internasional dan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dua hal ini membuat
pertumbuhan PDB tahun 2005 lebih rendah dari target tersebut.
Walaupun Indonesia merupakan salah
satu angggota OPEC, Indonesia juga impor BBM dalam jumlah yang semakin besar
dalam beberapa tahun belakangan. Akibatnya Indonesia bukan saja menjadi net oil importer, tetapi juga sudah
pengimpor BBM terbesar di Asia. Kenaikan harga BBM menimbulkan tekanan yang
sangat berat terhadap keuangan
pemerintah. Akibatnya pemerintah terpaksa mengeluarkan suatu kebijkan yang
tidak populis, yakni mengurangi subsidi
BBM, yang membuat harga BBM di pasar dalam negeri meningkat tajam. Tanggal 1
Oktober 2005, pemerintah menaikkan lagi harga BBM yang berkisar antara 50 %
hingga 80%. Kenaikan harga BBM di pasar
dunia jelas membuat defisit APBN tambah
besar karena ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM semakin besar. Defisit
APBN yang meningkat akan mengurangi kemampuan pemerintah lewat sisi
pengeluarannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara di sisi lain,
kenaikan harga BBM akan mengurangi kegiatan produksi didalam negeri akibat
biaya produksi meningka, yang selanjutnya berdampak negatif terhadap ekspor
yang berarti pengurangan cadangan devisa. Menurunya kegiatan ekonomi
menyebabkan berkurangnya pendapatan usaha yang selanjutnya akan memperbesar
defisit APBN karena pendapatan pajak berkurang. Harga BBM yang naik juga
mendorong inflasi di dalam negeri. Semua ini akan berpengaruh terhadap
kesempatan kerja, pengangguran , dan kemiskinan.
Kenaikan harga BBM juga menjadi
salah satu penyebab terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang
sudah berlangsuung sejak 2005 dengan volatilitas yang semakin tinggi. Selain
itu pengaruh dari faktor – faktor non ekonomi juga berperan terhadap terus
melemahnya rupiah, terutama kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi
dalam negeri.
Kombinasi antara kenaikan harga BBM
dan melemahnya nilai rupiah akan berdampak pada peningkatan inflasi. Secara
fundamental tingginya inflasi di Indonesia disebabkan oleh masih tingginya
ekspektasi inflasi terkait dengan kebijakan pemerintah mengenai kenaikan administered prices.dan perkembangan
nilai tukar rupiah yang cenderung terus melemah. Seperti pada masa pemerintahan
sebelumnya, pemerintahan SBY juga berusaha menahan tingkaat inflasi serendah
mungkin atau paling tidak tetap dalam satu digit. Menjelang akhir masa jabatan
SBY, pperekonomian Indonesia menghadapi dua goncanngan eksternal, yakni harga
BBM yang terus naik dan kenaikan harga pangan di pasar global. Kedua goncangan
tersebut sangat mengancam kestabilan perekonomian nasional, khususnya tingkat
inflasi.
III.
PERTUMBUHAN EKONOMI, PDB, PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
III.1 PERTUMBUHAN
EKONOMI
a.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ( Economic Growth )
adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan
memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan
ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi
biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai
“kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus
meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan
teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”.
b. Faktor – Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP
riil per kapita. ProdukDomestik bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah
nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan
jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh
faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.Kenaikan GDP
dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang
meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak.Jika stok modal tetap
sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan
kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama
2. Kenaikan modal fisik atau sumber
daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga
menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai olehkenaikan angkatan kerja.
Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupunmenyediakan secara
langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber dayamanusia
merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.
3.
Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksilebih
banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya
skala produksi. (Casedan Fair, 1999)
c. Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada empat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah
penduduk, jumlah stock barang-barang modal, luas tanah, dan kekayaan alam,
serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan
ekonomi tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama
menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan mereka,
dikemukanan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara pendapatan per kapita
penduduk dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum.
Apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah
lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Maka pertambahan penduduk akan
menaikkan pendapatan per kapita. Akan tetapi jika penduduk semakin banyak maka
akan berlaku hukum hasil lebih yang semakin berkurang,yaitu produksi marjinal
akan mulai mengalami penurunan.
2. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan
pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan
bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat
pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi :
memperkenalkan barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam
menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang
baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan
dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi efisiensi kegiatan perusahaan.
Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru.
3. Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Donar dalam analisisnya bertujuan
menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai
pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Teori ini
beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.
4. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Abramovits dan Solow dalan teori pertumbuhan Neo Klasik
mengemukakan bahwa faktor terpenting dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah
pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting
adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
III.2 PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional dapat
dihitung sesuai data yang terkumpul dari fakta yang ada
dimasyarakat.Penghitungan pendapatan nasional harus dilakukan secara cermat dan
akurat karenasangat penting artinya bagi masyarakat. Sesuai dengan metode yang
standar penghitungan PN diawali dengan perhitungan PDB.
PNB = PDB + F
PNN = PNB – D
PN = PNN – Ttl
Dimana : F = Pendapatan neto atas faktor luar
negeri
D = Penyusutan
Ttl
= Pajak tak langsung neto
Jika tiga persamaan tersebut digabungkan akan
didapat persamaan berikut :
PDB
= PN + Ttl + D – F
Atau
PN = PDB + F – D - TTL
Ada tiga pendekatan dalam menghitung
pendapatan nasional, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran.
a.
Pendapatan Nasional dari Pendekatan Produksi
(Product Approach)
Dengan
pendekatan produksi, penghitungan pendapatan nasional
dilakukan dengan cara mengumpulkan data tentang hasil akhir barang-barang dan
jasa-jasa untuk suatu periode tertentu dari semua unit produksi yang
menghasilkan barangbarang dan jasa-jasa tersebut. Jadi pendapatan nasional
menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah semua barang dan jasa
selama satu tahun. Barang dan jasa yang dimaksud adalah barang terakhir (final
goods) atau barang jadi (finished goods), artinya barang yang langsung dapat
diterima konsumen
b. Pendapatan
Nasional dari Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Ditinjau dari pendekatan pendapatan, penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan cara mengumpulkan data pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga keluarga. Atau dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama satu tahun. Pendapatan ini berupa sewa, upah dan gaji, bunga, dan laba usaha.
Ditinjau dari pendekatan pendapatan, penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan cara mengumpulkan data pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga keluarga. Atau dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama satu tahun. Pendapatan ini berupa sewa, upah dan gaji, bunga, dan laba usaha.
c. Pendapatan
Nasional dari Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Ditinjau
dari pendekatan pengeluaran, penghitungan pendapatan nasional dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam
perekonomian, sektor konsumen, perusahaan (investasi), pemerintah dan sektor
perdagangan luar negeri. Atau dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran/belanja
masyarakat dalam kurun waktu satu tahun.
Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pendapatan Nasional
Setiap komponen pendapatan
nasional suatu negara sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pihak pembeli
dan pihak penjual.
1. Pihak pembeli atau konsumen,
artinya pendapatan yang diterima oleh setiap konsumen dikeluarkan kembali untuk
membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/produsen.
Pengeluaran untuk pembelian tersebut dinamakan pengeluaran konsumsi (C =
consumption), dan pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi dinamakan
tabungan (S = saving). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa:
Keterangan:
Y = Tingkat pendapatan
C = Tingkat konsumsi
S = Tingkat tabungan
Y = Tingkat pendapatan
C = Tingkat konsumsi
S = Tingkat tabungan
2. Pihak penjual atau
produsen, artinya barang-barang yang dihasilkan oleh produsen terdiri atas
barang-barang konsumsi atau consumption (C) dan barang-barang modal atau
investasi (I). Barang modal yang dimaksud di antaranya gedung, pabrik, jalan,
alat angkut, mesin, dan barang konsumsi persediaan.
Dengan demikian pendapatan
nasional dari pihak produsen dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
Y = tingkat pendapatan
C = tingkat konsumsi
I = tingkat investasi
Y = tingkat pendapatan
C = tingkat konsumsi
I = tingkat investasi
Dari kedua rumus tersebut
dapat dianalisis, apabila nilai Y tetap dan terjadi peningkatan nilai C, maka
hal ini berarti menurunkan nilai S sebesar kenaikan C. Sementara itu apabila I
meningkat dan C tetap, maka dapat dipastikan Y nilainya naik. Dengan demikian S
nilainya juga meningkat, masingmasing sebesar kenaikan I. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa besarnya I selalu diikuti oleh besarnya S, atau dapat
dikatakan besarnya S sama dengan besarnya I. Bila ditulis akan didapat
rumus berikut ini.
III.3
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Ada kecenderungan (dapat dilihat sebagai
suatu hipotesis) bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat
semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses,
seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.
1.
Teori dan Bukti Empiris
Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi,
yakni dari Arthur lewis (teori migrasi) dan Hollis chenery (teori transformasi
struktural).
Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan eokonomi yang
terjadi di pedesaan dan perkotaan. Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian
tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian
modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan peda
perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang
mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke sektor
industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Di dalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara yang
juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini,
walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara. Variasi ini disebabkan oleh
perbedaan antarnegara dalam jumlah faktor internal seperti berikut.
a. . Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
(basis ekonomi)
·
Suatu
negara yang awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki
industri-industri dasar, seperti mesin,besi dan baja yang relatif kuat akan
mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat dibandingkan negara yang
hanya memiliki industri-industri ringan, seperti tekstil, pakaian jadi, alas
kaki, makanan, dan mimuman.
·
Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentikan oleh
kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita.
·
Pola distribusi pendapatan
Walaupun tingkat pendapatan rata-rata
perkapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya sangat pincang, kenaikan
pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri
selain industri-industri yang membuat barang-barang sederhana makanan dan
minuman. Sepatu dan pakaian jadi (tekstil).
·
Karakteristik dari industrialisasi
Cara pelaksanaan atau strategi pengembangan
industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan
industri, dan insentif yang diberikan.
·
Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa yang kaya SDA
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan
industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada negara yang miskin SDA.
·
Kebijakan perdagangan luar negeri
` Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan
ekonomi tertutup (inward looking),
pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan di negara-negara yang
menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
b. Kasus Indonesia
Kalau dilihat sejak awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat
dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Namun
demikian, penurunan rasio output pertanian terhadap PDB tersebut tidak berarti
bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang selama periode tersebut
(pertumbuhan rata-rata per tahun negatif). Penurunan tersebut disebabkan oleh
laju pertumbuhan output (rata-rata per tahun total) di sektor tersebut relatif
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan output dari sektor industri.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Dengan demikian
dalam sistem ekonomi pancasila, perekonomian liberal maupun campuran harus
dijauhkan karena terbukti hanya menyengsarakan kaum yang lemah serta mematikan
kreatifitas yang potensial. Persaingan usaha pun harus selalu terus-menerus
diawasi pemerintah agar tidak merugikan pihak-pihak yang berkaitan.
Indonesia
seharusnya sudah belajar pada krisis ekonomi dan moneter yang mengguncang dunia
pada tahun 1998, dengan hanya sektor pertanian dan perkebunan yang tumbuh
positif dan turut menyelamatkan ekonomi domestik.
Belajar dari
kasus itu, Indonesia sudah saatnya memberi perhatian utama pada bidang
pertanian dan perkebunan, agar bisa keluar dari krisis pangan yang kini
mengancam dunia. Maka dari itu setiap komoditas harus didekati secara spesifik
karena masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda.
Pertumbuhan Ekonomi
di setiap negara berbeda – beda tergantung dari tingkat pendapatan per kapita
suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan / penghasilan
dari penduduknya.Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya
juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negara itu di bawah rata ±
rata maka pertumbuhan ekonominya juga rendah.
Waktu dapat mempengaruhi perjalanan kondisi
perekonomian. Perjalanan waktu yang diiringi dengan perubahan dinamika, baik
sosial dan politik, ternyata memberikan kontribusi pada kebijakan yang
dihasilkan pada periode masing-masing pemerintah. Namun di tengah realita
adanya keberlanjutan secara menyeluruh terhadap kebijakan dari setiap
periode-periode pemerintahan sebelumnya, Indonesia masih mempunyai harapan
terhadap kondisi perekonomian. Prospek ekonomi Indonesia ternyata didukung oleh
kondisi yang signifikan, baik dari sisi mikro dan makro, serta sektoral.
Pertumbuhan
ekonomi disetiap negara pun berbeda beda tergantung dengan
pendapatan perkapita itu sendiri dan tergantung dengan pendapatan penduduknya. Semakin tinggi pendapatan penduduknya maka akan semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi di Negaratersebut
dan sebaliknya dengan rendah nya pendapatan penduduk itu sendiri maka
akan berdampak pada rendahnya pendapatan nasional pada Negara itu sendiri.
Pertumbuhan
ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk suatu
Negara.Semua berpengaruh pada kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu
Negara pun terusmemajukan pendapatan nasional mereka dengan menaikkan harga-harga
kebutuhan pokokseperti bahan bakan minyak (BBM) dengan menjadikan pendapatan
nasional yang akan lebih baik dan tingkat perekonomian kita
pun semakin baik
Kita sebagai generasi mudalah yang dapat
mengembangkan, mengubah, meningkatkan dan membangkitkan perekonomian Indonesia
sehingga Indonesia dalam sektor ekonomi seimbang, sama dengan Negara lain
bahkan dapat lebih tinggi dari Negara tetangga atau Negara maju lainnya. Karena
dari letak geografis, jumlah penduduk, sumber daya alam Indonesialah yang
terbanyak.
Demikianlah makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perekonomian Indonesia. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Oleh sebab itu krtik dan saran yang membangun sangat
saya butuhkan. Agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
3. Tambunan, T.H Tulus. 2009.
Perekonomian Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar